Memahami Dampak Mengurangi Overdosis Agen pada Kinerja Sistem Reverse Osmosis (RO)
Sistem reverse osmosis (RO) sangat penting untuk banyak proses pengolahan air. Namun, efisiensinya dapat dikompromikan oleh masalah operasional, salah satu tantangan signifikan adalah dosis agen pereduksi yang tidak tepat. Banyak operator menanyakan tentang dosis yang tepat untuk zat pereduksi atau Potensial Reduksi Oksidasi (ORP) yang ideal untuk air umpan RO. Meskipun penting untuk menetralkan pengoksidasi seperti klorin, agen pereduksi overdosis dapat menyebabkan masalah operasional yang parah, terutama pengotoran mikroba.
Mengapa Mengurangi Dosis Agen Sangat Penting dalam Sistem RO?
Agen pereduksi, biasanya natrium bisulfit, ditambahkan ke air umpan RO terutama untuk menghilangkan sisa klorin, yang dapat merusak membran RO. Dosis yang direkomendasikan secara umum adalah 2 hingga 5 kali nilai sisa klorin dalam air umpan.
Masalah: Overdosis yang Meluas, dan Penyebabnya
Kurangnya Kesadaran: Operator mungkin tidak yakin dengan perhitungan dosis yang benar dan terus menggunakan tingkat commissioning awal, yang tidak memperhitungkan variasi aliran air atau tingkat klorin.
Pemantauan yang Tidak Akurat: Pengukur ORP yang salah atau dikalibrasi dengan buruk dapat memberikan pembacaan yang menyesatkan, mendorong operator untuk meningkatkan dosis secara berlebihan untuk memenuhi tingkat ORP target.
Konsekuensi dari Overdosis: Peningkatan Tekanan dan Kotoran Mikroba
Peningkatan Tekanan Diferensial: Indikator utama pengotoran adalah peningkatan yang nyata dalam perbedaan tekanan di seluruh membran RO.
Kontaminasi Mikroba: Overdosis mendorong pertumbuhan mikroorganisme, sering diamati sebagai zat berlendir, transparan, kekuningan.
Sistem RO secara inheren memberikan kondisi yang menguntungkan untuk pertumbuhan mikroba: nutrisi (bahan organik yang terperangkap), suhu dan pH yang sesuai, dan luas permukaan yang besar untuk perlekatan. Ketika pengotoran mikroba terjadi, bakteri berkembang biak pada permukaan membran dan spacer umpan, menghalangi aliran, mengurangi produksi air (fluks permeate), dan meningkatkan tekanan diferensial dengan cepat.
Hubungan Antara Overdosis Agen Pereduksi dan Biofouling
Agen pereduksi overdosis seperti natrium bisulfit menciptakan lingkungan anaerobik (oksigen rendah) dengan bereaksi dengan oksigen terlarut dalam air umpan. Lingkungan ini ideal untuk jenis bakteri tertentu, terutama Bakteri Pereduksi Sulfat (SRB).
SRB adalah mikroorganisme yang memanfaatkan senyawa belerang untuk energi. Mereka dapat mengurangi sulfat, sulfit (seperti natrium bisulfit dosis), dan tiosulfat menjadi sulfida, terutama hidrogen sulfida (H₂S), yang dikenal dengan bau "telur busuk", terutama dalam kondisi anaerobik. Kelebihan natrium bisulfit bertindak sebagai sumber makanan, memicu proliferasi SRB yang cepat dalam sistem RO.
Sementara sistem dengan oksigen terlarut yang lebih tinggi mungkin mengalami biofouling tanpa bau yang terlihat, sistem oksigen rendah rentan mengembangkan bau yang tidak sedap karena produksi H₂S. Terlepas dari baunya, pertumbuhan mikroba yang signifikan pasti menyebabkan penyumbatan membran, berkurangnya aliran permeate, dan peningkatan tekanan operasi.
Strategi Kontrol untuk Mencegah Masalah Overdosis
Dosis yang akurat: Secara teratur (misalnya, setiap hari) mengukur sisa klorin dalam air umpan RO. Sesuaikan dosis zat pereduksi menjadi 2-5 kali tingkat klorin yang diukur ini.
Pemantauan yang Andal: Pastikan pengukur ORP dikalibrasi dengan benar dan berfungsi dengan baik untuk memberikan umpan balik yang akurat tentang kondisi air. Hindari hanya mengandalkan pembacaan ORP yang berpotensi tidak akurat untuk mengontrol dosis.
Audit Sistem: Tinjau secara berkala protokol dosis bahan kimia dan data kinerja sistem (tekanan diferensial, aliran permeasi) untuk mengidentifikasi potensi masalah overdosis sejak dini.
Pertimbangkan Alternatif (Jika ada): Evaluasi metode deklorinasi alternatif seperti filter karbon aktif jika masalah overdosis yang terus-menerus tidak dapat diselesaikan melalui kontrol dosis.
Kesimpulan
Meskipun agen pereduksi diperlukan untuk melindungi membran RO dari kerusakan klorin, overdosis menimbulkan ancaman signifikan terhadap kinerja sistem melalui pengotoran mikroba. Memahami hubungan antara zat pereduksi berlebih (seperti natrium bisulfit), kondisi anaerobik, dan pertumbuhan SRB sangat penting. Dengan menerapkan dosis yang akurat berdasarkan tingkat sisa klorin dan memastikan pemantauan yang andal, operator dapat mencegah masalah pengotoran yang mahal, mempertahankan produksi air yang optimal, dan memperpanjang masa pakai membran.
Jelajahi kami sistem RO yang disesuaikan atau membran RO berkinerja tinggi untuk meningkatkan stabilitas sistem Anda.
Butuh saran ahli? Hubungi tim teknis STARK untuk audit dosis dan dukungan pengoptimalan.